Tumpukan karung beras asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Sumber : Liputan6 Bisnis |
Beras merupakan bahan pangan pokok bagi negara-negara di ASEAN. Untuk itu, kebutuhan akan beras setiap tahunnya semakin meningkat.
Mengimbangi peningkatan kebutuhan beras di wilayah ASEAN tersebut, Indonesia dinilai masih kurang bisa bersaing dengan tetangga.
Direktur Pengadaan Perusahaan Umum (Perum) Bulog Wahyu mengungkapkan, kurang mampunya bersaing beras Indonesia dengan negara lain dikarenakan harga beras Indonesia tergolong paling mahal di ASEAN.
"Jangankan bersaing dengan Thailand, dengan Vietnam dan lainnya, harga beras di Indonesia masuk yang tertinggi. Ini dari produksi petani kita," kata Wahyu di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Senin (28/12/2015).
Wahyu menjelaskan, saat ini Thailand masih jadi lumbung padi ASEAN. Meski begitu, ada beberapa negara ASEAN lain yang mulai ancang-ancang menyaingi Negeri Gajah Putih.
Myanmar dan Kamboja menjadi dua negara yang mulai menunjukkan geliat perbaikan produk dan manajemen pertanian yang cukup signifikan. Bahkan harga beras kedua negara tersebut mulai bersaing.
"Bahkan Myanmar dan Kamboja harga beras sudah lebih murah dari Thailand. Ini pertanda bahwa petani mereka, pemerintah, asosiasi, pengusaha sudah berbenah dan siap mengahadapi pasar bebas ASEAN," paparnya.
Selain itu, Wahyu mengaku pernah mengikuti diskusi di Vietnam bersama Komisi IV ternyata alokasi anggaran pemerintah RI ke sektor pertanian menjadi yang tertinggi di ASEAN.
Tetapi kenyataannya, besarnya anggaran ini tidak diimbangi dengan produk yang lebih baik dan harga yang mampu bersaing.
"Di Vietnam itu dalam satu tahun subsidi pemerintah untuk satu hektare lahan hanya Rp 1 juta, tapi di Indonesia bisa tidak kurang dari Rp 5 juta per hektare," jelas dia.
Untuk itu, Wahyu meminta kepada pemerintah mampu menjamin hasil produksi yang dihasilkan oleh para petani. Dengan begitu, produktifitas dan kesejahteraan petani akan meningkat, sehingga mampu bersaing dengan petani negara-negara ASEAN.
Mengimbangi peningkatan kebutuhan beras di wilayah ASEAN tersebut, Indonesia dinilai masih kurang bisa bersaing dengan tetangga.
Direktur Pengadaan Perusahaan Umum (Perum) Bulog Wahyu mengungkapkan, kurang mampunya bersaing beras Indonesia dengan negara lain dikarenakan harga beras Indonesia tergolong paling mahal di ASEAN.
"Jangankan bersaing dengan Thailand, dengan Vietnam dan lainnya, harga beras di Indonesia masuk yang tertinggi. Ini dari produksi petani kita," kata Wahyu di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Senin (28/12/2015).
Wahyu menjelaskan, saat ini Thailand masih jadi lumbung padi ASEAN. Meski begitu, ada beberapa negara ASEAN lain yang mulai ancang-ancang menyaingi Negeri Gajah Putih.
Myanmar dan Kamboja menjadi dua negara yang mulai menunjukkan geliat perbaikan produk dan manajemen pertanian yang cukup signifikan. Bahkan harga beras kedua negara tersebut mulai bersaing.
"Bahkan Myanmar dan Kamboja harga beras sudah lebih murah dari Thailand. Ini pertanda bahwa petani mereka, pemerintah, asosiasi, pengusaha sudah berbenah dan siap mengahadapi pasar bebas ASEAN," paparnya.
Selain itu, Wahyu mengaku pernah mengikuti diskusi di Vietnam bersama Komisi IV ternyata alokasi anggaran pemerintah RI ke sektor pertanian menjadi yang tertinggi di ASEAN.
Tetapi kenyataannya, besarnya anggaran ini tidak diimbangi dengan produk yang lebih baik dan harga yang mampu bersaing.
"Di Vietnam itu dalam satu tahun subsidi pemerintah untuk satu hektare lahan hanya Rp 1 juta, tapi di Indonesia bisa tidak kurang dari Rp 5 juta per hektare," jelas dia.
Untuk itu, Wahyu meminta kepada pemerintah mampu menjamin hasil produksi yang dihasilkan oleh para petani. Dengan begitu, produktifitas dan kesejahteraan petani akan meningkat, sehingga mampu bersaing dengan petani negara-negara ASEAN.
Harga Beras di Indonesia Termahal se-ASEAN
Reviewed by Ghost Ships
on
3:32 AM
Rating:
No comments: